PEREKONOMIAN INDONESIA
TAHUN 2014
Setiap awal bulan BPS
Indonesia mengumumkan data makro ekonomi bulanan dan pekan pertama bulan
Agustus ini BPS telah merilis beberapa data makro ekonomi seperti Data inflasi bulan Juli 2014, Data ekspor
dan impor bulan Juni 2014, serta secara kuartalan BPS merilis Data PDB kuartal
II tahun 2014.
Kondisi Makro Ekonomi Indonesia
1.
Inflasi
Rilis data pertama yang dikeluarkan BPS awal bulan ini ialah
data Inflasi Indonesia untuk bulan Juli tahun 2014 yang tercatat alami penurunan ke level 4,53 persen (yoy).
Inflasi Indonesia untuk bulan Juli tahun 2014 justru
tercatat alami penurunan ke level 4,53
persen (yoy). Dan sebagai informasi,
pemerintah menargetkan inflasi tahun 2014 4,5% dengan deviasi kurang lebih 1%.Sebelumnya
beberapa ekonom memprediksi bahwa inflasi Juli 2014 sekitar 0,8 persen (mom)
atau masih di bawah satu persen.
2.
Data Ekspor
Badan Pusat Statistik melaporkan pada rilis data bulan
Agustus bahwa nilai ekspor Indonesia di
bulan Juni 2014 mencapai US$15,42 miliar atau mengalami peningkatan sebesar
4,00 persen dibanding ekspor Mei 2014. Demikian juga bila dibanding Juni 2013
mengalami peningkatan sebesar 4,45 persen.
Lebih lanjut dikemukakan oleh BPS bahwa ekspor nonmigas di
bulan Juni 2014 dapat mencapai US$12,63 miliar, naik 1,43 persen dibanding Mei
2014, demikian juga bila dibanding ekspor Juni 2013 naik 5,58 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2014
mencapai US$88,83 miliar atau menurun 2,46 persen dibanding periode yang sama
tahun 2013, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$73,14 miliar atau menurun
2,14 persen.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan
bahwa Dollar Amerika Serikat terpantau bergerak turun tipis sekitar -0.06 %
terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valuta asing dari awal Juni hingga
pekan ini.
3.
Data Impor
Pada data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik di bulan
Agustus, dilaporkan bahwa nilai impor
Indonesia Juni 2014 dapat mencapai US$15,72 miliar atau naik 6,44 persen
dibanding Mei 2014. Demikian pula jika dibanding Juni 2013 naik 0,54 persen.
BPS melaporkan juga bahwa impor nonmigas Juni 2014 mencapai US$12,33 miliar atau naik 11,41
persen dibanding Mei 2014, sementara bila dibanding Juni 2013 naik 1,83 persen.
Impor migas Juni 2014 mencapai
US$3,39 miliar atau turun 8,42 persen dibanding Mei 2014, demikian pula apabila
dibanding impor Juni 2013 turun 3,86 persen.
Secara kumulatif nilai impor Januari–Juni 2014 mencapai
US$89,98 miliar atau turun 4,70 persen jika dibanding impor periode yang sama
tahun 2013. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas sebesar US$21,80
miliar (turun 1,41 persen) dan impor nonmigas sebesar US$68,18 miliar (turun
5,70 persen).
Laporan data neraca
perdagangan Indonesia untuk bulan Juni 2014 menunjukkan bahwa Indonesia
mengalami defisit sebesar US$ 305,1 juta. Di mana, nilai ekspor mencapai US$ 15,42 miliar dan impor US$ 15,72 miliar. Angka tersebut memburuk dari data bulai Mei yang mencatatkan surplus
sebesar US$ 70 juta. Defisit nilai perdagangan Indonesia ini disebabkan defisit
sektor migas sebesar US$ 0,60 miliar, meskipun sektor non migas surplus US$
0,30 miliar.
Adapun total ekspor kurun Januari-Juni 2014 sebesar US$
88,83 miliar atau turun 2,46 persen year on year. Sementara ekspor non migas
mencapai US$ 73,14 miliar, turun 2,14 persen. Kontribusi terbesar dari bahan
bakar mineral US$ 11,12 miliar serta lemak dan minyak hewan nabati US$ 10,25
miliar.
4.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal
II
Data kuartalan yang
dirilis BPS awal pekan ini yaitu Realisasi pertumbuhan PDB pada kuartal II pada periode April-Juni tahun
2014 sebesar 5,12% (yoy), yang melambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB
kuartal I sebesar 5,22%. Melambatnya pertumbuhan ini disebabkan oleh
melambatnya beberapa komponen seperti menurunnya belanja pemerintah, kinerja
investasi nonbangunan (ekspor). Dan
secara q-to-q pertumbuhan PDB kuartal II dibandingkan dengan kuartal I hanya
mencapai 2,47%. Dan secara kumulatif, untuk pertumbuhan ekonomi semester I
tahun 2014 hanya tumbuh 5,17% dibandingkan tahun 2013 periode yang sama.
Kondisi Moneter
Indonesia
Pada bulan Juli 2014 Bank Indonesia telah menetapkan suku
bunga acuannya atau BI Rate sebesar 7,50% yang sama dengan suku bunga bulan
sebelumnya, demikian juga dengan suku bunga Lending Facility tetap di level
7,50% dan suku bunga Deposit Facility tetap di level 5,75%. Harapan BI
menetapkan suku bunga tersebut tercapai pada bulan Juli lalu yang menargetkan
inflasi 4,5%.
Untuk pergerakan kurs Rupiah pada bulan Juli mengalami
rebound secara bulanan setelah bulan sebelumnya depresiasi Rupiah melemah 3,03%
(m to m) dari bulan Mei menjadi Rp.11.892 per dolar AS. Kenaikan Rupiah pada
bulan Juli tercatat meningkat 2,39% yang dari awal Juli kurs Rupiah ada di
level Rp.11.864 per dolar AS menjadi Rp.11.580 per dolar AS. Dari pasar modal,
sepanjang Juli 2014 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbilang cukup
memuaskan dengan mencetak return sebesar
4.32 persen. Angka tersebut lebih besar
daripada kinerja IHSG pada Juli 2013
yang justru mengalami penurunan sebesar -3% persen. IHSG sempat mencetak rekor tertinggi di level 5165,416
pada tanggal 10 Juli 2014 yakni satu hari setelah pemilihan presiden
berlangsung.